Mengapa Orang di Sosmed Lebih Suka Keributan?

 Sebagai pemuda yang selalu mengecek info lowongan kerja. Saya baru saja menemukan loker yang disediakan oleh salah satu penerbit buku.

Postingan dari info loker tersebut mencakup tugas utama, kualifikasi, juga nilai plusnya. Cukup rinci dalam satu slide. Bagi saya dan pemuda lainnya tentu tidak ada masalah dengan itu.

Tibalah pada satu komentar seseorang kita berinama dia A bertanya, "usia 36 tahun boleh kah?" ditambah emoticon senyum. Tidak ada dalam postingan itu batasan usia.
Lalu seorang B menjawab, "biasakan membaca buk. Kalau tidak ada ditulis berarti tidak ada batasan usia."
Lalu A merespon, "sudah membaca semuanya, kok, pa, hanya memastikan saja"

Pertama, jika memang tak ingin menjawab, mengapa harus menjustifikasi orang lain?

Tidak ada salahnya juga bertanya, toh, memang tidak ada tulisan ketentuan. Intensinya bertanya juga bukan untuk mencari perhatian, dia ingin mendapatkan kepastian saja. Mula, pahami dari angka umurnya. Sebelum kita menghakimi, kita harus tahu duduk perkaranya.

Pada usia 36 tahun, jelas, mencari job lalu job freelance yang biasa diperuntukkan untuk pemuda. Menjadi sangat wajar jika si A menanyakan ketentuan umur.

Tapi, saya juga bisa mengerti bahwa B memberikan jawaban. Hanya, mengapa kebaikanmu memberikan jawaban harus melakukan justifikasi terlebih dahulu? Bahkan terkesan menghakimi secara langsung.

Pertikaian bisa saja terjadi dengan ketikan jahat yang terus ditimpali dengan jahat pula. Beruntung A yang sudah memiliki kedewasaan itu menjawab dengan tidak emosi pula.

Saya masih bingungm "mengapa orang di sosmed lebih suka keributan?"

Semua itu memberikan tambahan alasan pada kita. Bahwa, terus bermain sosmed adalah hal yang toxic dan tidak baik. Jangan takut dibilang Jomo, kadang, sesekali penting untuk kita menghindari hal-hal yang toxic.

Komentar

Postingan Populer